Saturday, February 16, 2013

Karimunjawa, Tempat yang Harus Dikunjungi Sebelum Mati


detikTravel Community - 

2 Hari dan 3 malam sepertinya tidak cukup untuk memuaskan diri menikmati keindahan Pulau Karimunjawa. Pulau ini sangat sensasional.

Pagi-pagi sekali, saya sudah dibangunkan kawan untuk melihat sunrise di dermaga. Kebetulan homestay kami cuma berjarak 500 meter dari sana. Kapal-kapal nelayan sudah banyak yang bersandar setelah semalaman mencari ikan dan tidak jauh dari situ ada tempat pelelangan ikan untuk menjual hasil tangkapan mereka. Karena jarak yang sangat dekat antara homestay dengan bibir pantai, sempat terpikir seandainya ada tsunami. Tapi dengan segala kenyamanan dan keramahan sang pemilik rumah pupus sudah kekhawatiran itu.

Untuk perjalanan hari pertama, kira-kira pukul 09.00 WIB pagi, mobil yang menjemput rombongan untuk ke dermaga sudah datang. Dermaganya ternyata berbeda dengan dermaga feri yang tadi pagi kita kunjungi, karena sekarang kita dibawa ke dermaga yang terletak dekat dengan alun-alun. Karena kita rombongan terakhir yang berangkat, begitu sampai langsung disuruh naik kapal dan memulai perjalanan.

Pulau pertama adalah Pulau Cemara, lumayan jauh dari Pulau Karimunjawa besar. Kalau di pulau utama masih ada sinyal telepon, nah begitu menjauh sinyal pun hilang. Padahal sudah men-charge HP semaleman karena listrik hanya nyala dari pukul 18.00-06.00 pagi. Pasrah deh, HP cuma bisa buat foto-foto dan rekam video.

Karakteristik setiap pulau di Karimunjawa hampir sama, kecil, pasirnya putih dikelilingi pantai yang landai, ombaknya tenang, airnya biru dan banyak ikannya. Karena ombaknya tenang jadi kita harus hati-hati jangan sampai berenang terlalu jauh dari pulau. Kita serasa berenang di kolam renang raksasa dan kalau tidak sadar, tahu-tahu sudah di tengah laut. Buat snorkling biasanya diarahkan berombongan dari satu titik ke titik lainnya dengan pengawasan beberapa pramuwisata. Yang harus diwaspadai waktu snorkling adalah pari beracun, kalau bertemu lebih baik langsung kabur saja.

Sebetulnya snorkling dekat-dekat dari pantai juga sudah bagus, ikannya banyak, terumbu karang juga sudah kelihatan. Tapi kalau mau eksplore lebih jauh, bisa ikut rute yang dibuat para pramuwisata. Untuk keamanan dan kenyamanan kaki jangan lupa pemanasan karena bakal seharian dan tidak lupa pelampung dipakai. Jangan berpisah dari rombongan ketika berada di lautan.

Terumbu karang berwarna-warni dengan variasi ikan yang bermacam-macam hampir bisa ditemui di setiap spot snorkling. Tapi kalau bertemu karang-karang besar, dilarang duduk atau berdiri di atasnya, karena itu bisa merusaknya. Karena karang yang besar bulat dan posisinya tidak terlalu dalam kadang menggoda kita buat berdiri di atasnya.

Makan siang pertama tidak perlu repot-repot kita bawa sendiri karena biasanya sudah masuk paket perjalanan. Menu utamanya pastinya ikan bakar yang langsung dibakar pada saat kita mau makan. Dari baunya saja sudah bikin perut lapar apalagi pas lihat sambalnya. Tapi kalo yang nggak suka ikan, disarankan membawa lauk dari daratan, dari pada makan hanya sambel dan tempe.

Usai makan, kita bisa berteduh di bawah pohon cemara di pinggir pantai sambil melihat air laut dan langit yang sama-sama biru dengan tiupan angin sepoi-sepoi. Hmmm sensasional.

Hawa panasnya standar daerah pesisir, karena trip biasanya lebih dari satu hari, pastikan bawa sunblock anti air kalo kulit tidak mau menjadi gosong karena keasyikan main di pantai. Di tiap pulau meskipun tidak ada penghuninya biasanya dibangun rumah dan bale-bale untuk peristirahatan pengunjung. Kalau ada yang mau ditinggal seharian di pulau itu dan menginap di sana bisa saja. Serasa punya pulau pribadi plus pantai tentunya.

Di sepanjang pulau-pulau yang kita kunjungi kadang kita juga bertemu rombongan pengunjung yang lain. Tapi karena sudah diatur jadwal rombongannya, tidak perlu khawatir mereka akan berkumpul di pulau yang sama pada jam yang sama. Mungkin ini bisa jadi kekurangan buat traveler yang lagi hunting pasangan. Selama hari pertama, saya hanya berenang, naik ke pantai, pindah pulau, berenang lagi, makan dan foto-foto meskipun cuma numpang kamera orang.

Hari kedua, diawali dengan trip ke Pulau Menjangan, tempat penangkaran ikan hiu. Di dalam kolam-kolam kecil yang disediakan, pengunjung bisa uji nyali berenang dengan beberapa ekor ikan hiu. Pertama sih tegang, tapi saya ingat kalau ikan hiu bisa merasakan ketakutan mangsanya, jadi pura-pura cuek deh. Pas masuk ke kolam, ternyata si ikan malah tidak mau mendekati kita dan cenderung menjauh. Mereka hanya berputar-putar di kolam, kita pun aman.

Karena pulaunya banyak dan hampir mirip-mirip, saya sampai lupa sudah datang kemana saja, karena pulaunya tidak diberi papan nama. Tapi ada satu pulau yang beda, namanya Pulau Gosong. Pulau itu luasnya bisa hanya 1 meter persegi atau 100 meter persegi tergantung pasang surutnya air laut. Jadi seram kalau terdampar di pulau itu, karena tidak ada apa-apaa, hanya pasir.

Hari kedua tetep melanjutkan snorkeling, tapi agak di tengah laut dan tidak terlalu dalam. Jangkar kapal saja bisa terlihat dan kelilingi dasar pasir putih. Di situ saya berani berenang tanpa pelampung di sekitar kapal karena seperti di kolam renang. Kalau mau lihat terumbu karang, bisa snorkeling beberapa puluh meter dari situ. Lagi asyik berenang, saya bertemu cumi-cumi yang menyemprot tinta hitam saat dikejar. Air laut yang bening pun seketika jadi keruh.

Kalau Anda beruntung, bisa juga bertemu penyu, karena di sana memang habitatnya. Tapi susah mencarinya, saya saja hanya bertemu penyu yang hidup di penangkaran. Tapi kalau ikan hiu, jangan sampai bertemu di habitat aslinya, cukup bertemu yang hidup di penangkaran. Tidak terasa ini hari kedua di Karimunjawa selesai, artinya besok sudah harus pulang, ah cepet sekali.

Untuk trip perpisahan kita di bawa ke Tanjung Gelam untuk melihat sunset, lokasinya ada di ujung utara Pulau Karimunjawa Besar. Katanya, kalau Lebaran orang Karimunjawa berkumpul di sini sambil makan-makan, asal jangan menyampah bekas ketupat saja ya. Pantai yang landai ini berhiaskan batu karang, pohon kelapa dan vegetasi mangrove. Di sini semua rombongan berkumpul. Ada sekitar 10 kapal yang bersandar, kalo satu kapal berisi 25 orang artinya sekitar 200 orang berkumpul pada saat itu. Hmmm benar-benar bisnis yang menjanjikan, mudah-mudahan pengelolaannya semakin baik. Sehingga, tidak cuma turis lokal yang datang, turis mencanegarapun bisa ikut menikmati keindahan Karimunjawa.

Kepulauan Karimunjawa ternyata punya resort yang private letaknya di Pulau Kura-kura katanya sih kebanyakan turis asing yang datang ke sana. Untuk datang ke Karimunjawa dari Dermaga Kartini di Jepara, ada kapal feri Muria dan speed boat dari Semarang dan juga Jepara. Saya naik kapal feri dan kembali naik speedboat. Kalau kapal feri memakan waktu 5 jam, speed boat cuma kurang dari 2 jam. Dalam speedboat kursinya nyaman ber-AC dan kita bisa naik ke dek kapal untuk menikmati sensasi angin kencang dan percikan air.

Untuk urusan hotel, karena low budget, saya pilih homestay. Tapi untungnya, saya mendapat rumah yang nyaman dengan kamar mandi bersama yang luas dan air yang tidak pernah berhenti mengalir. Hotel di sana ada macam-macam, ada hotel terapung di tengah laut atau resort mewah di pinggir pantai.

Di sana ada juga lho lapangan terbang, meskipun hanya bisa didarati pesawat-pesawat kecil semacam Cessna, katanya dari Semarang. Karena tidak terlalu ramai dengan pedagang oleh-oleh dan suvenir, jadi bingung juga mau beli apa. Kehidupan malam relatif sepi tanpa ada dunia gemerlap, hanya ada gonjreng gitar di pinggir pantai atau dangdutan di alun-alun.

Yang suka wisata alam pasti suka banget Karimunjawa. 2 Hari 3 malam sepertinya tidak cukup untuk mengelilingi semua pulau dan tempat-tempat menarik lainnya yang ada di sana. Mudah-mudahan tahun depan saya bisa kembali ke sana, karena menurut yang punya homestay, kalau orang sudah minum air Pulau Karimunjawa pasti balik lagi ke sana suatu saat. Karimunjawa, aku akan kembali.

0 komentar:

Post a Comment