Saturday, February 16, 2013

Samar Gelap, Pulau Cantik yang Masih Tersembunyi di Kalsel


detikTravel Community - 

Selain Pasar Terapung, ada lagi wisata menarik di Kalsel, yaitu Pulau Samar Gelap. Pulau yang masih sepi turis ini memiliki alam yang alami. Tapi siapkan diri jika ingin ke sana, ombaknya yang kencan akan menantang keberanian Anda.

Kalimantan Selatan tak hanya penuh dengan tambang, tapi juga memiliki destinasi wisata yang belum terjamah. Salah satunya adalah Pulau Samar Gelap. Pulau cantik yang masih alami ini akan memberikan pengalaman traveling tak terlupakan untuk Anda.

Siapa tak kenal Kalimantan? Pulau yang disebut Tanah Borneo ini tak hanya terkenal dengan Suku Dayaknya, tapi juga alam liar yang masih alami. Kalimantan Selatan juga dikenal sebagai salah satu daerah yang kaya alam sumber daya alam. Banyak penambang asing atau lokal yang mencari peruntungan di sana.

Sebagai warga lokal, saya adalah salah satu orang yang bekerja di tambang batu bara di Kalsel. Meski menjadi penambang, saya tetap melestarikan dan mencintai kekayaan alam negeri. Salah satu caranya adalah dengan tetap menyempatkan mengunjungi lokasi wisata, yang penuh dengan kekayaan alam itu.

Kalimantan Selatan, tempat saya berpijak saat ini, memiliki banyak potensi wisata, salah satunya Pulau Samar Gelap. Pulau yang terletak di Kotabaru ini terkenal dengan sebutan Pulau Penyu. Kenapa disebut Pulau Penyu? Karena di sini terdapat pembudidayaan penyu laut.

Untuk mencapai pulau ini, traveler membutuhkan waktu 2 jam dari tempat saya di Desa Bukit Baru, Kintap menuju pelabuhan Batu Licin. Akses jalan dari Kintap menuju Batu Licin cukup baik, walau harus melewati sederetan hutan liar dan perkebunan kelapa sawit. Kalau jalannya siang hari tidak masalah, tapi saya dan teman-teman berangkat pukul 19.00 Wita.

Di pelabuhan penyeberangan Batu Licin, terdapat kapal ferry yang akan menyeberangkan kami ke pelabuhan Tanjung Serdang menuju Kotabaru. Kapal di sini jadwalnya satu jam sekali, dengan biaya per orangnya Rp 7.000 dan untuk mobil Rp 125.000/mobil. Berhubung kami semua bawa mobil pribadi, jadi harus bayar agak mahal untuk tiket mobilnya.

Hanya butuh waktu 30 menit dari Batu Licin menuju Tanjung Serdang. Apalagi malam itu ombak sedang tenang dan kapal sepi penumpang, perjalanan ke Kotabaru tidak terasa melelahkan. Sesampainya ke Kotabaru, saya begitu takjub dengan keadaan kotanya.

Kota ini sama luasnya dengan Desa Sungai Danau atau Bukit Baru di dekat kamp kami. Tapi di sini lebih padat penduduk dan ramai sekali. Banyak toko, swalayan, rumah penduduk yang bagus dan mewah, sampai hotel bintang 3 pun ada. Belum lagi kotanya bersih, penerangan sepanjang jalannya sangat hidup. Pokoknya tidak terasa seperti di kampung di seberang pulau.

Kota ini hampir mirip dengan Balikpapan. Hanya di sini tidak ada mal. Kami menginap di Hotel Grand Surya, tepat di seberang alun-alun Kotabaru dan masjid raya yang sangat besar. Hotel bintang 2 ini boleh dibilang mewah untuk kelas Kalimantan. Apalagi hotel ini sudah memiliki ballroom yang cukup besar kapasitasnya.

Pagi hari esoknya, tepat di sehari sebelum PGEgaHJlZj0iaHR0cDovL2FkaXByYW1hbmEuY29tLzIwMDkvMDkvc21zLWlkdWwtZml0cmkuaHRtbA0iIHRhcmdldD0iX2JsYW5rIiByZWw9Im5vZm9sbG93Ij5JZHVsIEZpdHJpPC9hPg== tahun lalu, kami menuju daerah Teluk Gosong. Lengkap dengan peralatan melaut kami seperti alat pancing, snorkeling gear dan sunblock pastinya.

Dari Kotabaru ke dermaga Teluk Gosong membutuhkan waktu 2 jam, dengan lokasi jalan dikelilingi hutan dan semak belukar di kanan kiri. Kalau di sini sebenarnya tidak perlu heran, karena Kotabaru merupakan pulau yang memiliki deretan bukit dan pegunungan. Pantainya kebanyakan terletak di balik bukit itu.

Kami sampai di Dermaga Teluk Gosong sekitar pukul 10.oo Wita, dan langsung bersiap menyeberang ke Pulau Samar Gelap dengan speedboat. kami menyewanya dari seorang pemilik speedboat di Kotabaru, Pak Iriansyah seharga sekitar Rp 500.000/speedboat.

Selepas dari dermaga, saya bisa melihat betapa indahnya bukit yang menaungi Kotabaru. Sejauh mata memandang hanya hamparan bukit hijau dan laut lepas yang berwarna biru tua kemudian hijau.

Ombak pagi hari ini lumayan tinggi. Bahkan kami sampai terpental-pental di speedboat. Pantat saya pun terasa sakit meski duduk di depan atau pun samping supir. Tak pernah terbayangkan sebelumnya ternyata naik speedboat semenyeramkan ini. Mungkin karena kami harus melawan ombak dan arus yang sedang kencang.

Setelah dua jam terguncang-guncang di lautan Kalimantan, akhirnya speedboat kami merapat di Pulau Haur. Ini adalah pulau kecil yang terletak tak jauh dari Pulau Sebuku. Oh iya, tadinya kami mau mampir di Sebuku, tapi menurut pemandu wisata, di sana tidak ada atraksi apapun. Ini karena daerahnya sudah banyak dijadikan tambang batu bara. Benar saja tadi saya melihat ada pelabuhan batu bara di ujung Sebuku.

Di Pulau Haur, kami hanya berPGEgaHJlZj0iaHR0cDovL2FkaXByYW1hbmEuY29tLzIwMTAvMDMvZm90by10ZWxhbmphbmctZmFocmFuaS5odG1sDSIgdGFyZ2V0PSJfYmxhbmsiIHJlbD0ibm9mb2xsb3ciPmZvdG88L2E+LTxhIGhyZWY9Imh0dHA6Ly9hZGlwcmFtYW5hLmNvbS8yMDEwLzAzL2ZvdG8tdGVsYW5qYW5nLWZhaHJhbmkuaHRtbA0iIHRhcmdldD0iX2JsYW5rIiByZWw9Im5vZm9sbG93Ij5mb3RvPC9hPg== sambil menunggu speedboat diisi bahan bakar. Pulau ini sangat kecil, tidak berpenghuni tapi memiliki pasir putih yang cantik. Sayangnya, air laut di sekitar Pulau Haur ini tidak berwarna-warni, hanya berwarna cokelat muda. Jadi, pantainya pun tidak terlihat cantik menurut saya.

Karena waktu semakin siang dan ombak makin besar, kami yang awalnya ragu-ragu ingin melanjutkan trip karena ombaknya, akhirnya tetap berangkat menuju Pulau Samar Gelap. Perjalanan ditempuh sekitar dua jam dan lagi-lagi kami harus menyeberangi lautan yang ombaknya ganas sekali. Usut punya usut, laut yang kami lewati itu sudah masuk kawasan laut Sulawesi yang notabenenya arusnya liar daan musuh para nelayan.

Akhirnya, setelah menahan rasa sakit di speedboat, Pulau Samar Gelap mulai terlihat di kejauhan. Setelah dua jam di tengah laut, sejaub mata memandang yang terlihat cuma satu pulau, yaitu Pulau Samar Gelap.

Ternyata, ada orang yang mau tinggal di tengah pulau jauh begini. Walau begitu, pulau ini cukup memiliki fasilitas lengkap, ada mess untuk penjaga penyu, sumur air tawar, listrik, dan menara untuk menangkap sinyal ponsel.

Speedboat kami mulai merapat di bibir pantai yang airnya bening dan berwarna biru muda. Cantik sekali! Saya benar-benar bersyukur karena bisa sampai di sini dan bisa menikmati indahnya surga Indonesia. Terumbu karang nan cantik terlihat jelas dari permukaan air, termasuk si bulu babi yang iseng menusuk kaki saya sampai bengkak.

Berhubung di pulau ini tidak ada pemandu untuk snorkeling, skhirnya, saya dan teman-teman mencari sendiri spot tersebut. Saat itu, saya hanya bermain air di dekat bibir pantai dan harus menginjak-nginjak beberapa karang yang sudah mati.

Sayang sekali, padahal saya dengar di sini banyak spot snorkeling yang bagus. Betapa tidak, di pinggir pantainya saja, terumbu karang warna-warni sudah bisa terlihat. Bahkan saya menemukan bintang laut berwarna biru muda yang cantik.

Dengan berbekal kaki katak, masker dan snorkel yang di bawa sendiri saya dan teman-teman menyelami perairan sekitar Pulau Samar Gelap. Oh iya, di sini tidak ada penyewaan alat snorkeling, jadi harus bawa sendiri.

Sayangnya juga, banyak sekali beberapa karang yang mati, mungkin karena aktivitas nelayan atau kapal yang merapat sembarangan. Kami juga tidak bisa melihat penyu besar, karena penyu di sini hanya keluar di waktu shubuh atau malam hari.

Sedihnya lagi rencana kami nyobain telur penyu juga gagal, karena telur-telur itu baru saja dibawa keluar pulau sebelum kami sampai. Kami hanya melihat beberapa anak penyu yang sedang dipelihara di dalam bak-bak besar.

Sekitar pukul 16.00 Wita, kami keluar dai Pulau Samar Gelap dengan berbekal modal nekat karena ombak makin ganas di sore hari. Dengan rasa takut dan kedinginan karena speedboat menghantam ombak dan membuat air laut terus-terusan menyemprot kami, tepat waktu maghrib  kami merapat kembali di dermaga.

Ada perasaan senang dan juga trauma yang masih menyelimuti, namun kami tetap bersyukur pernah mengunjungi pulau tersebut. Karena saya yakin nggak semua orang mampu menghadapi ombak yang luar biasa dahsyatnya itu, belum lagi lokasi pulaunya yang terpencil dan sulit akses jika tidak punya kenalan penyewa speedboat. Seganas apapun lautannya, selalu ada jalan untuk tetap kembali ke daratan.

Dengan asumsi menggunakan mobil pribadi dan biaya makan, berikut adalah perkiraan biaya trip menuju Pulau Samar Gelap. Untuk bahan bakar mobil Rp 150.000/mobil. Tiket ferry per orang Rp 7.000, tiket mobil untuk fery Rp 125.000/mobil. Biaya menginap di hotel dengan kamar superior Rp 250.000/hari. Untuk kamar standar Rp 200.000/hari, sewa speedboat Rp 750.000/speedboat.

0 komentar:

Post a Comment