Tuesday, February 12, 2013

'Tumpah Darah' Saat Perang Pandan di Bali


Tak cuma alamnya yang cantik, kebudayaan Bali juga menarik. Salah satunya ritual Mekare-kare atau perang pandan di Desa adat Tenganan, Bali. Meski bukan perang sebenarnya, ada juga wisatawan yang berdarah karena duri daun pandan.

Masyarakat Bali di Desa adat Tenganan, Kabupaten Karangasem, Bali punya ritual Mekare-kare atau Perang Pandan. Perang Pandan adalah acara ritual kebudayaan yang rutin dilakukan setiap tahun. Ritual adat ini pun menariim peatian wisatawan.

Akan tetapi, ini bukanlah perang sungguhan. Ini hanyalah tradisi masyarakat Desa Teganan. Banyak turis  yang datang ke ritual kebudayaan ini. Tak jarang, banyak wisatawan yang penasaran dengan Perang Pandan.

Perang pandan adalah upacara yang dilakukan untuk menghormati Dewa Indra atau Dewa Perang dan leluhur. Perang pandan disebut mekare-kare. Upacara ritual ini diadakan setiap tahun pada bulan Juni di Desa Tenganan, yang terletak di 70 km timur dari Denpasar, Bali.

Dengan menggunakan daun pandan berduri, dua orang pemuda desa akan saling bertarung. Duri-duri pandan itu pun menyayat tubuh keduanya. Bahkan, ada yang luka dan berdarah. Meski begitu, mereka mempunyai obat anti septik dari bahan umbi-umbian yang akan diolesi ke luka tersebut. Hingga akhirnya luka akan mengering dan sembuh. 

Untuk sampai di Desa Tenganan, traveler harus menempuh perjalanan sekitar 70 menit menggunakan kendaraan bermotor. Desa Tenganan juga menjadi salah satu desa tua di Bali, atau disebut juga Bali Aga. Lokasi desa ini dikelilingi oleh perbukitan. Sedangkan bentuk desa itu sendiri seperti benteng, hanya memiliki empat pintu masuk. Sehingga lebih mudah untuk mengetahui siapa yang datang dan pergi dari desa.

Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Tenganan pada umumnya adalah Hindu. Desa Tenganan telah menulis aturan atau awig-awig yang diwariskan dari generasi ke generasi oleh nenek moyang mereka. Peraturan ini tidak mengenal kasta dan diyakini sebagai Dewa Indra adalah dewa dari semua dewa.

Konon, Tenganan adalah hadiah dari Dewa Indra di Peneges Wong, desa leluhur Tenganan. Sementara Hindu Bali umumnya membuat Tri Murti Brahma, Wisnu, dan Siwa sebagai dewa tertinggi.

Dikatakan kalau di Tenganan kuno dan wilayah sekitarnya, dahulu diperintah oleh seorang raja bernama Maya Denawa yang tidak adil dan kejam. Ia bahkan membuat dirinya sebagai Tuhan dan melarang ritual keagamaan di Bali.

Mendengar hal ini para dewa di surga murka. Para dewa dikirim Tuhan untuk membangkitkan Indra atau menghancurkan Maya Denawa, dengan menaikkan Dewa Indra sebagai panglima perang atau pemimpin pertempuran. Melalui pertempuran sengit dan korban yang tidak sedikit, Maya Denawa akhirnya dikalahkan.

0 komentar:

Post a Comment